Bab 2 Negeri yang Diotonomikan
Bab 2. Pemerintahan yang Diotonomikan
Marwan Mahmud, 38 tahun, sedikit lebih tua daripada Pangeran Arya. Anak dari Haji Subih, seorang tuan tanah dan pengusaha trucking di Banten, yang ulet. Haji Subih memulai usahanya dengan dua truk bekas. Saat Shell masuk ke Cilegon, ia nekat meminjam beberapa milyar dari Bank Jabar, dengan jaminan tanah kakeknya di Pandeglang dan memulai usaha angkutan bahan bakar Shell dari Cilegon ke Jakarta dan Bandung.
Marwan disekolahkan ke Inggris untuk belajar ekonomi. Pada saat liburan, tak sengaja ia berkenalan dengan Pangeran Arya di Belgia, dan keduanya mulai mendiskusikan masa depan Banten.
Beberapa paman dari Arya telah lebih dulu masuk di politik, secara tradisional dinasti Ratu Atut menduduki posisi di Golkar. Sultan Banten pada tahun 1596 bergelar Pangeran Ratu, dan nama itu melekat sampai 400 tahun kemudian bersama keturunannya. Wawan, Airin, Ratu Aisha, Ridwan Saidi, adalah beberapa nama prominent yang tak asing lagi di kalangan rakyat Banten.
Pilihan pertama dari Ratu Atut saat naik ke singgasana untuk menjadi perdana menteri ialah Marwan. Selain kedekatannya dengan Pangeran Arya, anak muda ini cukup smart. Selain intelejensia IQ nya yang tinggi, ia juga memiliki budi pekerti yang halus, yang dengan mudah diterima oleh kalangan tua di Banten. Selain itu, ia juga menikah dengan sepupu jauh dari Arya, sehingga dalam beberapa kesempatan ia telah berdiskusi serius dengan Sultan Banten yang baru diangkat itu.
Tubagus Afandi, seorang anggota DPR RI dari Partai PDIP yang juga pensiunan Mayjen dari Angkatan Darat pernah berkata kepada Ratu Atut,
“Anak ini memiliki bakat dan ilmu yang mumpuni untuk menjalankan pemerintahan,” - ujar Tb Afandi saat berkesempatan sowan ke Sultanah Atut beberapa bulan sebelum referendum.
Adapun Ridwan Saidi, sepupu dari Ratu Atut mengira bahwa ialah yang akan dijadikan perdana menteri. Tetapi Ratu Atut, Tb Afandi dan Haji Embay, salah satu tokoh senior lain yang berpengaruh melihat bahwa Ridwan adalah pribadi yang terlalu ambisius dan terlalu dekat dengan kekuasaan Jakarta. Ia juga bermain dengan oligarki di era reformasi, antara 2014-2024 sebagai tokoh yang dekat dengan presiden tersingkir: Joko Dumanto.
Ridwan pun menyimpan dendam terhadap Ratu dan Marwan Mahmud.
Beberapa klausul dari undang undang otonomi yang baru ialah bahwa kesultanan berhak untuk memiliki perdana menteri dan beberapa menteri khusus untuk menjalankan roda pemerintahan, ekonomi, hukum dan urusan luar negeri.
Hal ini mengingat bahwa di masa lalu, aturan perpajakan dan cukai diatur oleh pemerintah pusat. Akibatnya ekspor dan impor melalui pelabuhan Banten tidak berlangsung lancar. Pengiriman komoditas ekspor maupun penerbangan luar negeri harus melalui campur tangan pemerintah pusat, menjadikan proses perdagangan tidak lancar, dihambat oleh birokrasi Jakarta, dan merugikan pengusaha maupun pemerintah daerah.
Dengan otonomi yang baru, perusahaan seperti Petrokimia Nusantara tidak lagi memiliki head office di Jakarta, dan cukup membayar pajak ke Kesultanan Banten. Banten hanya perlu membayar 20% dari hasil tambang minyak, beberapa penghasilan ekspor komoditi dan pajak lainnya ke pemerintah pusat. Sebelumnya, Banten justru hanya menerima 20% dan sisa sisa dari pajak bumi dan bangunan serta sewa dari perusahaan multi nasional yang beroperasi di Cilegon.
Dengan adanya bandara Sukarno Hatta yang terletak di Tangerang, sebenarnya banten sudah memiliki akses ke luar negeri, tetapi Ratu Atut memilih untuk memiliki bandara sendiri yang lebih dekat ke Serang, dengan nama Sultan Tirtayasa International Airport.
Melalui airport baru ini, penerbangan langsung ke Jeddah dan Brunei, memiliki direct access ke negara negara sahabat yang memiliki direct investment serta kerjasama teknologi.
Banten juga memiliki maskapai penerbangan Banten Air yang walaupun masih hanya 5 pesawat Boeing 757, tetapi memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada Garuda. Kerjasama Banten dengan beberapa negara teluk seperti Oman, UAE, Qatar, Irak, Iran dan Saudi Arabia menelurkan beberapa kerjasama dan perjanjian strategis yang lucrative, dan mempercepat pertumbuhan perdagangan maupun industrialisasi di Banten.
Di bidang pelayaran, Banten merintis usaha Samudera Express yang mulai mengikuti jejak dari China Lines dan perusahaan Skandinavia lain, karena Samudera Express membajak salah satu CEO ternama mereka, Lund Freisdorf.
Dengan bendera Banten, Samudera Express melayani rute pelayaran kontainer dan angkutan minyak & gas ke seluruh dunia, terutama shipping dari Qatar, India, Hongkong, Shanghai, Taiwan, Korea dan Jepang.
Kesultanan Banten menerapkan rejim pajak tersendiri yang lebih mirip dengan Monaco sehingga beberapa perusahaan dunia mulai melirik untuk membuka kantor pusat mereka di Banten.
Rahasia dari efisiensi Port Banten sebenarnya belajar dari China. Pelabuhan Bojonegara dibangun dengan akses railroad dan jalan raya yang menyatu, saling terkait dalam menerima dan mengirim barang.
Selain itu, Kawasan Industri Terpadu yang diperluas dari kawasan KIEC Cilegon sekarang dipadukan dengan pemukiman-pemukiman bagi pekerja yang dibangun dengan dana APBD Banten. Sumber listrik didapatkan dari Pembangkit Tenaga Listrik Suralaya (yang lama, dengan tenaga batubara), dan berangsur-angsur ditambah dan digantikan dengan tiga sumber tenaga yang lebih terbarukan: 1) angin; 2) air; 3) gelombang laut.
Dengan teknologi Norwegia, pembangkit listrik dari gelombang laut berkontribusi terhadap 30% dari power plant yang ada sehingga berangsur-angsur ketergantungan pada batubara Kalimantan mulai dikurangi.
Di masa depan, sudah direncanakan untuk menggunakan Thorium, sebagai sumber kekuatan dari reaktor nuklir yang diharapkan menggantikan mayoritas dari sumber tenaga gas ataupun batubara yang berasal dari fosil.
Sungguh, sebuah mukjizat. Dari kudeta yang gagal di tahun 2025, sampai presiden akhirnya memerintahkan referendum di beberapa provinsi, yang akhirnya memberikan kebebasan kepada Kesultanan Banten untuk memutuskan sendiri, dari mana, dan kemana Banten akan melaju.
Comments
Post a Comment