Bab 3 Iri Hati Pusat Ke Daerah

 Bab 3. Iri Hati dari Pusat Jakarta


Kemajuan Banten tidak luput dari pengamatan Menteri Dalam Negeri Toto Simarmata. Ketidakadaan partai partai yang bertikai menyejukkan suasana politik di Serang. Hanya ada dua partai, Partai Banten Bersatu dan Partai Rakjat Banten, sebuah simbolis keterlibatan rakjat dalam politik, seperti di Inggris: Konservatif versus partai buruh. 


Dalam partai politik sengaja tidak ditonjolkan tentang agama. Semua anggota partai bekerja sama dalam framework kesultanan dan tidak “menjual” ideologi agama maupun sosialisme, kapitalisme, dan lain lain. 


Perbedaan tentang agama telah selesai. Banyak dari pasangan suami istri yang memiliki anak, dengan berbeda kepercayaan, Islam, Ahmadiyah, Muhammadiyah, Shiah, NU, dan lain lain karena kita ingin Banten yang bersatu dalam kesultanan. 


Sumarwoto, kepala BIN yang aktif yang pertama menyampaikan ke Presiden Prabowo tentang keresahan pemerintah pusat yang semakin lama ditinggal oleh konstituennya, dengan adanya negeri Banten yang mengalami lonjakan produk domestik bruto dan APBN sebesar 1.440 triliun, hampir menyaingi Jakarta. 


“Marwoto, apa yang terjadi di Banten sekarang? Nampaknya banyak ya perjanjian mereka dengan negara-negara asing.” - tanya presiden kepada Kepala BIN di suatu jamuan makan. 


“Iya pak, yang terakhir, Sultan Kuwait mau memberikan lagi pinjaman 1 triliun dolar, untuk pembangunan real estate dan recreation center di Ujung Kulon.” - jawab Sumarwoto. 



Presiden Nusantara tidak habis pikir. Sejak otonomi daerah dipegang oleh Sultanah Banten, kemajuan ekonomi diperkirakan mencapai 12% setahun. Sementara kabinet yang dipegangnya sendiri, Nusantara dengan ibukota baru di IKN hanya mencapai 4% lebih dan makin derasnya deindutrialisasi terjadi. 


Presiden nampaknya lupa, bahwa terlalu banyak yang ia urus, terlalu sedikit waktu yang ada. Belum lagi anggota kabinetnya nampaknya separuhnya terdiri dari pesanan oligarki dan ex presiden lama yang sekarang berdiam di Solo. 


Kepolisian di nusantara berbeda sekali dengan di Kesultanan Banten. SIM atau surat izin mengemudi berlaku seumur hidup di Banten, dan pengurusannya pun dilakukan secara digital. Kesultanan Banten tidak dipusingkan oleh pungutan liar (pungli) oleh polisi atau aparat keamanan lain, ataupun bea cukai, karena 90% dari anggota lama telah diganti dengan lulusan akademi kepolisian Banten, dibantu konsultan polisi dari Inggris dan Singapura. 


Tidak banyak polisi berkeliaran di jalan Serang dan Cilegon. Tetapi juga tidak banyak pelanggaran, nampaknya semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, kamera CCTV di mana-mana, dan semua orang paham bahwa hukum ada untuk membuat kehidupan mereka nyaman. 


Tidak ada antrean panjang di kepolisian, atau imigrasi atau bea cukai, karena sistem yang dibuat semudah mungkin untuk warganegara mengurus dokumen mereka. Ada loket cepat, dengan biaya 3x lipat, tetapi ada loket normal yang juga ada time line tertulis seperti paspor jadi dalam 1x24 jam. 


Tidak ada pemalsuan KTP, paspor atau dokumen lain. Karena selain orang-orang Banten paham akan syariah, mereka juga punya harapan yang baik - atas desentraslisasi dan otonomi yang luas ini. 



**Bab 3: Iri Hati dari Pusat Jakarta**  


*"Kemajuan Banten adalah tamparan bagi Jakarta."*  

— **Catatan Rahasia Kepala BIN Sumarwoto**  


---


### **Scene 1: Jamuan Malam di Istana Negara, IKN**

1 Juli 2027  

**Presiden Prabowo** memutar gelas anggurnya, matanya tak lepas dari laporan ekonomi di tabletnya. **Angka 12% pertumbuhan Banten** terpampang besar, sementara Nusantara hanya **4%**.  


*"Sumarwoto, apa rahasia mereka?"* tanya Presiden, suaranya berat.  


*"Mereka tidak membuang waktu dengan politik identitas, Pak. Tidak ada perdebatan agama, tidak ada demo buruh. Hanya kerja,"* jawab Kepala BIN sambil menyorotkan foto **Pelabuhan Banten Baru** yang ramai kapal asing.  


*"Dan mereka dapat pinjaman 1 triliun dolar dari Kuwait?"*  


*"Ya, untuk proyek **'The Crown of Sunda'**—resort mewah di Ujung Kulon. Bahkan orang-orang Dubai sudah memesan villa di sana."*  


Presiden menghela napas. **Dia ingat bagaimana Banten dulu hanya provinsi biasa, kini hampir menyamai Jakarta.**  


---


### **Scene 2: Dua Kubu di Kabinet Prabowo**  

Di ruang rapat tertutup, **Wakil Ketua DPR Budi Sumandi (Golkar)** dan **Menteri Dalam Negeri Toto Simarmata** berdebat:  


*"Kita harus akui, otonomi luas berhasil untuk Banten. Mungkin Nusantara perlu meniru,"* kata Toto.  


*"Bodoh! Jika semua daerah minta otonomi, apa bedanya kita dengan Uni Eropa? Republik ini akan bubar!"* balas Budi.  


**Sumarwoto**, yang diam-diam mendukung otonomi, berbisik:  

*"Atau... kita ciptakan chaos di Banten. Biar mereka gagal, lalu kita ambil alih."*  


---


### **Scene 3: Polisi vs Polisi – Dua Dunia Berbeda**  

**Di Nusantara**:  

- Antrean panjang di kantor imigrasi.  

- **Pungli merajalela**. Seorang sopir truk mengeluh: *"Saya sudah bayar 3 kali hari ini!"*  


**Di Banten**:  

- **Tidak ada polisi lalu lintas**. Semua tilang otomatis via **AI traffic cam**.  

- Seorang turis Jerman terkagum: *"Saya urus visa 10 menit. Di Berlin butuh 2 minggu!"*  


**Ironi**:  

- **Polisi Nusantara** iri melihat gaji rekan mereka di Banten **3x lebih besar**, dengan fasilitas rumah dinas mewah.  

- Tapi mereka tak bisa protes—**90% polisi Banten adalah lulusan baru yang bersih dari korupsi**.  


---


### **Scene 4: Rencana Rahasia "Operasi Sunda Phantom"**  

1 Agustus 2027

**Lokasi: Safe House di Puncak**  

- **Tim Intel Khusus** dikumpulkan Sumarwoto:  

  *"Kita perlu buktikan Banten tidak stabil. Skenarionya:  

  1. **Serangan cyber** ke sistem e-gov mereka.  

  2. **Provokasi kerusuhan** atas nama 'kesenjangan ekonomi'.  

  3. **Bocorkan dokumen** palsu bahwa Sultanah Atut korup."*  


**Tapi...**  

- **Mata-mata Banten** sudah menyusup di antara mereka.  

- **Pangeran Arya** tahu rencana ini.  


---


### **Scene 5: Sultanah Atut & Ancaman dari Dalam**  

**Istana Surosowan, Serang**  

*"Mereka tidak akan berhenti, Arya,"* kata Ratu Atut sambil menatap **laporan intel tentang rencana Jakarta**.  


*"Kita punya senjata, Bunda. **Data pajak para elit Jakarta**,"* jawab Pangeran Arya.  


*"Tapi perang terbuka bukan solusi. Kita harus lebih cerdas..."*  


**Layar komputer** di mejanya menyala—**notifikasi dari sistem pertahanan siber**:  

⚠️ **Serangan DDoS Terdeteksi – Sumber: Jakarta**  


---


### **Cliffhanger Bab Ini**:  

- **Akankah Banten membalas serangan cyber?**  

- **Siapa pengkhianat di lingkaran dalam Sultanah?**  

- **Apa yang disembunyikan dokumen "Sunda Phantom"?**  


---


### **Unsur Khusus**:  

1. **Pertentangan Sistem**:  

   - **Banten** = Efisiensi, teknologi, meritokrasi.  

   - **Nusantara** = Birokrasi lambat, korupsi, politik identitas.  


2. **Karakter Antagonis**:  

   - **Sumarwoto**: Kepala BIN licik yang bermain dua kaki.  

   - **Budi Sumandi**: Politisi tua yang takut kehilangan relevansi.  


3. **Teknologi vs Tradisi**:  

   - **Banten** pakai **blockchain untuk KTP**, tapi pertahankan **adat Sunda-Banten**.  

   - **Nusantara** terjebak **birokrasi kertas**.  


**Akan Berlanjut di Bab 4: "Perang Siber & Pengkhianatan"**  

- **Pertanyaan untuk Pembaca**:  

  - Haruskah Banten balas serang Jakarta?  

  - Siapa dalang sebenarnya di balik "Operasi Sunda Phantom"?


Comments

Popular posts from this blog

Malam di Pelarian Menuju Halim Perdana Kusuma

Healthy Tips 04- Kesehatan dari hidung

Health Tips 01-Manfaat Jalan Kaki