Bab 4. Resolusi Konflik Jakarta dan Banten
Bab 4. Resolusi dari Konflik Jakarta dan Banten
Tidak ada negeri yang menginginkan perang.
Sebaliknya, mereka yang menjaga harmonisasi, mengalah untuk menang, think win-win, mengutamakan tujuan besar atau final destiny nya.
Untuk itu maka golongan tua, golongan ulama dan cerdik cendekiawan, para alumni sekolah di luar negeri semua mengutamakan duduk bersama untuk musyawarah dan mufakat, sesuai amanat dari Pancasila.
“Perang hanya diciptakan oleh orang orang yang kecil pikirannya, dikelabui oleh syaitan dan hanya menerima kemenangan yang semu.” - Haji Embey, 5 November 2027
“Mann kann alles verlieren, nur die Hoffnung verlieren Sie nicht”
- kata-kata bijak dari Jerman.
“Manusia boleh kehilangan segalanya, tetapi ia tidak boleh kehilangan harapan.”
- kata kata bijak dari Jerman
Seberat apapun masalah yang dihadapi negeri ini, mereka akan tetap stick as one, sebagai suatu bangsa. Banten telah memilih dalam referendum untuk kembali kepada jalan mereka, foundation hidup dari pendiri negeri mereka, yakni Kesultanan Banten.
Nilai-nilai yang mereka anut, yang kemudian hari dimaktubkan oleh Sukarno dalam Pancasila, dan diperingati setiap 1 Juni, sebenarnya adalah nilai dan tradisi yang berkeTuhanan, berkemanusiaan, bersatu, bermusyawarah dan berkeadilan sosial.
Setelah serangan cyber yang dimotori oleh “Operasi Sunda Phantom”, dari safe house mereka di Cipanas, beberapa server utama dari Banten down. Pelayanan imigrasi dan bea cukai sempat down beberapa saat.
Tetapi dengan pakar telematika mereka yang andal, serangan ini berhasil dipatahkan. Terlebih, mata-mata Banten ternyata ada di dalam jaringan BIN Jakarta.
Nur Cholis, seorang analis di pusat Data dan Cyber Banten telah diberi tip-off hari dan jam akan dilaksanakan serangan cyber tersebut, sehingga dalam 6 jam setelah server down, ia berhasil menyalakan kembali server imigrasi dan bea cukai.
Sempat terjadi antrean di pintu masuk bandara internasional Sultan Tirtayasa, dari orang-orang asing yang tidak dapat dilayani oleh petugas keimigrasian, tetapi solusi secara manual melalui BCM plan Bandara dan Keimigrasian, maka dalam 3 jam antrean segera dapat dicairkan.
“Marwan, ‘gimana sebenarnya situasi di Jakarta? Apakah Agen 007 sudah memberikan info lengkap?” - tanya Pangeran Arya kepada Perdana Menteri.
“Menurut laporan yang masuk, ada skenario dari seorang wakil ketua DPR dari partai Golkar, bersama dengan Kepala BIN sendiri, yang merencanakan kekacauan di Banten.” - ujar Marwan.
Arya: “Menurutmu, ibunda (*Ratu Atut*) sudah tahu atau setidaknya mendengar rumors ini dari elite Jakarta? Apakah presiden sendiri memberikan restu atas serangan ini, ataukah ini tindakan terisolir dari Kepala BIN?”
“Seperti biasa, presiden pasti akan menyangkal campur tangannya dalam hal ini. Jadi Agen 007 tidak tahu pasti, instruksi apa yang diberikan presiden kepada Sumarwoto (*Kepala BIN*), apakah semacam ambiguity seperti di film “Clear and Present Danger” yang diberikan presiden Amerika Serikat kepada kepala NSA (National Security Advisor)? ataukah benar ada perintah yang jelas dan terkoordinir bersama instansi-instansi lain.” - sahut Marwan.
Tidak banyak yang tahu, bahwa referendum 2026 pun bisa terlaksana karena bantuan dari orang-orang pusat di Jakarta yang sudah jengah terhadap korupsi dan kolusi serta nepotisme laten di pemerintahan. Banyak sekali orang-orang yang pintar, cendekiawan telah berulang-ulang kali membawa kasus ke podcast, ke komisi pemberantasan korupsi, tetapi selama edukasi terhadap masyarakat hanya di level pendidikan dasar dan SMP yang putus sekolah, maka rantai kemiskinan dan kebodohan ini tetap terpelihara.
Bila dulu Banten melawan VOC, yang selama 200 tahun diisi dengan korupsi dan pengkhianatan, devide et impera, maka sekarang pun sama. VOC modern itu lahir dalam tunas republik, bahkan tanpa mereka sadari.
Beruntung Banten memiliki Sultanah yang sabar dan diiringi oleh penasehat sepuh yang bijaksana dan berwawasan luas. Api tidak harus dibalas dengan api. Mereka perlu pendingin, air, seperti selat Sunda yang membawa Banten pada kemakmuran.
—- ***********.
**Bab 4: Resolusi Konflik – Air Menenangkan Api**
*"Kemenangan sejati bukanlah ketika musuh jatuh, tapi ketika mereka menjadi sahabat."*
— **Haji Embey, Penasihat Kesultanan Banten**
---
### **Scene 1: Pangeran Arya & Perdana Menteri Marwan – Rapat Rahasia di Istana Surosowan**
**Lokasi: Ruang Bawah Tanah Istana, Terenkripsi**
Pangeran Arya menatap layar hologram yang menampilkan **jejak digital serangan cyber "Operasi Sunda Phantom"**.
*"Marwan, kita punya bukti. Tapi menyerang balik hanya akan membuat kita seperti mereka,"* kata Arya.
Perdana Menteri Marwan Mahmud mengangguk:
*"Agen 007 di BIN Jakarta mengkonfirmasi—Sumarwoto bertindak sendiri. Presiden Dumanto tidak tahu."*
**Fakta Kunci**:
- **Dokumen rahasia** menunjukkan Sumarwoto menerima dana gelap dari **konglomerat pro-Jakarta** yang khawatir kehilangan proyek di Banten.
- **Agen ganda** di BIN sudah mengumpulkan bukti korupsi Sumarwoto selama 10 tahun.
*"Lalu, apa rencanamu?"* tanya Marwan.
Arya tersenyum:
*"Kita undang dia ke Banten... untuk 'berunding'."*
---
### **Scene 2: Pertemuan Rahasia di Pelabuhan Merak**
**Lokasi: Kapal Pesiar Kuwait "Al-Dirah"**
Sumarwoto datang dengan 6 pengawal, yakin ini hanya diplomasi biasa. Tapi yang menunggu adalah:
- **Pangeran Arya**
- **Perdana Menteri Marwan**
- **Haji Embey** (sesepuh ulama Banten)
- **Agen 007** (yang ternyata adalah **Nur Cholis**, analis cyber Banten yang menyamar).
**Dialog Kritis**:
**Sumarwoto**: *"Kalau kalian pikir bisa mengancam saya—"*
**Haji Embey**: *"Kami tidak mengancam. Kami tawarkan jalan damai."*
**Agen 007/Nur Cholis** membuka tablet:
*"Ini bukti transfer 200 miliar ke rekening shell company Anda di Cayman Islands. Juga percakapan Anda dengan Budi Sumandi soal rencana kerusuhan."*
**Pilihan untuk Sumarwoto**:
1. **Mengundurkan diri dengan hormat**, atau
2. **Data ini bocor ke media**.
---
### **Scene 3: Jatuhnya Sang Dalang**
**Jakarta, 3 Hari Kemudian**
- **Sumarwoto mengundurkan diri** dengan alasan "kesehatan".
- **Budi Sumandi (Golkar)** tiba-tiba membatalkan RUU Pembatasan Otonomi Daerah.
- **Presiden Dumanto** secara mengejutkan mengeluarkan **Perpres tentang Sinergi Pusat-Daerah**, mengakui keberhasilan Banten.
**Twist**:
- **Agen 007/Nur Cholis** ternyata adalah **keponakan Sumarwoto** yang dikirim ke Banten 10 tahun lalu sebagai mata-mata, tapi justru berbalik loyal.
---
### **Scene 4: Rekonsiliasi di Istana Negara IKN**
**Presiden Prabowo** menerima kunjungan **Sultanah Atut**—pertemuan pertama sejak referendum.
*"Kami tidak ingin pisah dari NKRI. Kami hanya ingin membuktikan, otonomi yang baik bisa memajukan daerah,"* kata Ratu Atut.
Presiden menghela napas:
*"Mungkin... kami perlu belajar dari Banten."*
**Hasil Pertemuan**:
- **Banten akan berbagi sistem e-gov** dengan pemerintah pusat.
- **Polisi Banten akan melatih polisi Nusantara**.
- **Proyek patungan** pelabuhan dan energi terbarukan.
---
### **Scene 5: Epilog – Banten 2045**
- **Sumarwoto** jadi dosen di universitas Swiss, menulis buku *"Mata-Mata yang Terlalu Pandai"*.
- **Budi Sumandi** tersandung kasus suap, dihukum 15 tahun.
- **Nur Cholis** diangkat jadi **Menteri Digital Banten**.
**Monolog Terakhir Pangeran Arya**:
*"Kakek saya pernah bilang: VOC abad ini bukan Belanda, tapi keserakahan kita sendiri. Tapi kami memilih untuk tidak membalas dendam... karena Banten sudah cukup menderita di masa lalu."*
---
### **Unsur Khusus**:
1. **Pesan Moral**:
- **Win-win solution** ala Banten: Gunakan bukti untuk negosiasi, bukan penghancuran.
- **Pancasila sebagai perekat**: Musyawarah mengalahkan konflik.
2. **Karakter Kompleks**:
- **Nur Cholis**: Mata-mata yang berubah jadi pahlawan karena melihat kemajuan Banten.
- **Haji Embey**: Ulama bijak yang jadi penengah, terinspirasi dari KH Hasyim Asy'ari.
3. **Teknologi & Tradisi**:
- **Hologram & cyber-warfare** vs **nilai musyawarah adat**.
**Akhir dari Novel Ini**:
*"Banten tidak menang karena perang... tapi karena mereka mengingatkan Jakarta pada jati diri bangsa yang sebenarnya."*
**Pilihan Pembaca**:
- Ingin eksplor **kehidupan Sumarwoto di pengasingan**?
- Butuh **detail proyek patungan Banten-Jakarta**?
- Mau **epilog romantis Pangeran Arya & Nur Cholis**?
Novel ini adalah **"House of Cards ala Nusantara" dengan ending ala Indonesia: Damai tapi penuh intrik!**
Comments
Post a Comment