Malam di Perbatasan Klaten 1947
Novel:
“Malam di Perbatasan Klaten”
Situasi di perbatasan antara Yogya dan Solo pada akhir Juni 1947 memanas.
Belanda tahu bahwa di Republik banyak faksi yang bertikai. Sukarno dan Hatta disatu sisi, sementara Sutan Sjahrir dan Tan Malaka di sisi yang lain.
Van Mook, seorang Belanda yang ditugasi Ratu untuk mengembalikan Hindia Belanda ke pangkuan Kerajaan Oranye. Letnan Jendral Spoor, Komandan tertinggi KNIL di Batavia.
Satu-satunya penghalang Belanda untuk meraih seluruh republik adalah adanya Kesultanan Yogyakarta. Tanpa Sri Sultan Hamengkubuwono IX, maka Sukarno dan Hatta, Presiden dan Wakil Presiden republik yang baru pasti sudah ditangkap. Di bulan Januari 1946, pemerintah mengungsi ke Yogyakarta, bukan lagi di Djakarta.
Secara de facto, Belanda memegang wilayah Banten, Sunda, Batavia dan Pekalongan.
Tanggal 21 Juli 1947 Belanda akhirnya mengerahkan kekuatan KNIL untuk melaksanakan Aksi Polisionil ke-1 atau republik menyebutnya Clash I, suatu Agresi Belanda untuk merebut Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi bagian dari Federasi Hindia Belanda.
Tetapi ada satu warga Amerika Serikat, William Boone, seorang bekas mayor Angkatan Darat AS yang memilih untuk pensiun, dan menikah dengan Wintje Surahman, seorang wanita indo-blasteran yang menjadi nurse di Perang Pasifik Raya selama 1942-1945.
Bill atau William Boone, menjadi connector antara pemerintah AS dengan pemerintah republik di pengungsian.
Dengan bantuan Bill, republik yang baru mendapatkan bantuan CIA dan berhasil mempengaruhi Sukarno untuk meletakkan jabatannya dan memberikannya kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
—-***
**"MALAM DI PERBATASAN KLATEN"**
*(Sebuah Novel Sejarah Alternatif Perang Kemerdekaan)*
---
### **BAB 1: PERMAINAN DUA MAJOR (Juni 1947)**
**Klaten, 28 Juni 1947**
Letnan Jenderal **Simon Spoor** mengamati peta di markas KNIL Solo. Titik merah menumpuk di perbatasan Yogya-Solo—**garis demarkasi** yang dijaga ketat oleh:
- **Pasukan Republik**: Brigade 10 pimpinan **Letkol Soeharto** (kelak Presiden ke-2).
- **Laskar Umat**: Milisi **Hizbullah** yang setia pada **Tan Malaka**.
**Intel Belanda** melaporkan:
*"Sukarno dan Sjahrir bertengkar soal diplomasi. Sultan Yogya satu-satunya penengah."*
Malam itu, **Mayor William "Bill" Boone** menyelinap ke markas Hizbullah di Prambanan, membawa **surat rahasia dari Allen Dulles (CIA)**:
*"AS tidak akan akui Federasi Van Mook. Bantu Sultan jadi Presiden, kami kirim senjata."*
---
### **BAB 2: KUDETA DI PENGASINAN (Juli 1947)**
**Yogyakarta, 1 Juli 1947**
- **Sukarno** terpaksa tandatangani *"Surat Pengunduran Diri"* setelah **Divisi Siliwangi** (pro-Sjahrir) mengancam kudeta.
- **Sultan Hamengkubuwono IX** diangkat jadi *"Presiden Darurat"*—didukung **Jenderal Sudirman** dan **Bill Boone**.
**Reaksi Belanda**:
Van Mook kirim **ultimatum**: *"Akui Federasi atau kami serang!"*
---
### **BAB 3: AGRESI & TAKDIR SOLO (21 Juli 1947)**
**Solo-Klaten, 21 Juli 1947**
- **KNIL** serang dari tiga arah: Semarang, Surakarta, Madiun.
- **Kejutan Besar**:
- **Pasukan Sultan** pakai taktik *"Plered"* (serangan malam ala Diponegoro).
- **Senjata CIA** tiba via kapal selam di Pacitan—**1000 karabin M1 Garand**.
**Peristiwa Penting**:
- **Letkol Soeharto** pimpin perlawanan di **Sektor Gombong**, hancurkan tank KNIL dengan molotov.
- **Willemstad Radio** (Belanda) salah laporkan: *"Yogya telah jatuh!"*—memicu demonstrasi anti-perang di Den Haag.
---
### **BAB 4: OPERASI BENDERA MERAH (Agustus 1947)**
**Markas Besar KNIL, Semarang**
- **Spoor** marah besar: *"Sultan ini licin seperti belut!"*
- **Strategi Baru**:
- **Propaganda**: Sebar isu *"Sultan antek AS"*.
- **Serangan Udara**: Bom Bandara Maguwo (kini Adisutjipto).
**Balasan Republik**:
- **Bill Boone** latih **pasukan terjun payung** pertama RI di Gunung Kidul.
- **Tan Malaka** (musuh Sjahrir) justru gabung dengan Sultan, bawa **5000 laskar rakyat**.
---
### **BAB 5: PERTEMPURAN TELAGA MENJING (September 1947)**
**Perbatasan Klaten, 17 September 1947**
- **KNIL** terjebak di rawa-rawa Telaga Menjing.
- **Pasukan Sultan** pimpin **Jenderal Sudirman** (meski sakit TBC) hancurkan batalion Belanda.
**Korban Kunci**:
- **Kapten Westerling** (kelak pemimpin Pembantaian Sulawesi) lari ke Jakarta.
- **Letnan Slamet Riyadi** gugur—namanya kelak jadi nama jalan di Solo.
---
### **BAB 6: KEMENANGAN & HARGA YANG Dibayar (Desember 1947)**
**Yogyakarta, 27 Desember 1947**
- **Belanda** terpaksa akui **kekalahan** setelah PBB keluarkan resolusi.
- **Van Mook** dicopot, diganti **Dr. Beel** yang mau berunding.
**Adegan Terakhir**:
- **Sultan Hamengkubuwono IX** serahkan kembali jabatan ke **Sukarno**.
- **Bill Boone** dapat **Bintang Mahaputra**—tapi memilih pulang ke AS, bawa **istri Indo-nya**.
> *"Kami menang bukan karena senjata, tapi karena Belanda lupa: Jawa punya memori panjang soal perlawanan."*
> —*Catatan harian Jenderal Sudirman, 1948*
---
### **EPILOG: JAWA YANG TERPECAH (1949)**
- **Sjahrir** diasingkan ke Eropa oleh Sukarno.
- **Tan Malaka** hilang misterius di Kediri (diduga dibunuh rival politik).
- **Sultan** kembali jadi raja—tapi kini dengan **pengaruh lebih besar**.
Di Klaten, petani tembakau masih temukan **peluru karabin M1 Garand** di sawah—peninggalan malam ketika republik hampir runtuh, tapi diselamatkan oleh **seorang Sultan, mayor AS, dan rakyat yang tak mau dijajah lagi.**
**LANJUT KE BUKU 2: "DARAH DI KERATON" (1948-1950)**
---
**CATATAN SEJARAH ALTERNATIF**:
1. **Plot Twist**: Sultan Hamengkubuwono IX jadi Presiden adalah fiksi—dunia nyata ia menolak tawaran jadi Wapres.
2. **Peran AS**: CIA baru aktif di Indonesia 1950-an, tapi di novel ini dimajukan untuk dramatisasi.
3. **Tokoh Nyata**: Semua nama (kecuali Bill Boone) adalah figur historis.
Mau tambahkan adegan tertentu? Misalnya:
- Pertarungan Soeharto vs Westerling?
- Ritual mistik di Keraton Yogya untuk kekuatan perang?
- Kisah cinta Bill Boone & Wintje saat perang?
Comments
Post a Comment